Rabu, 23 Februari 2011

Indonesia Itu Religius

Sumber Foto : Google.com/olah grafis : pakdezaki.com

Sejak zaman Orde Baru hingga sekarang hanya ada lima agama dan satu kepercayaan yang diakui oleh negara. Yakni Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Budha, Hindu dan aliran kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME). Dan yang terakhir masuklah Konghucu. Perkiraan komposisi pemeluk agama di Indonesia pada tahun 2010, Islam (85,1%), Protestan (9,2%) Katolik (3,5%) Hindu (1,8%) dan Budha (0,4%) dari total 240.271.522 penduduk Indonesia

Dengan banyaknya agama dan aliran yang ada di belakangnya, maka konflik dan pertentangan yang ada di antara para penganutnya, kerap terjadi. Isu agama pun masuk ke dalam isu SARA (Suku, Agama, Ras Antar Golongan) menempati urutan kedua yang tabu dibicarakan setelah pornografi di dunia internet.

Sebagai negara yang besar dengan kemajemukan kepercayaan di dalamnya, seharusnya Indonesia bisa menjadi negara yang lebih sejuk, lebih menentramkan. Karena para warga negaranya semua beragama. Tidak ada tempat bagi kaum atheis di negeri ini.

Yang pasti, Indonesia negara yang beragama - religius, namun bukan negara agama, walaupun penduduknya mayoritas muslim. Menurut Mahfud MD dalam suatu kesempatan, "Karena bukan negara agama, maka kewajiban negara terkait agama adalah melindungi warganya yang memeluk agama". Hukum agama, lanjutnya, hanya menjadi salah satu bahan di dalam penyusunan hukum negara. “Itulah negara kebangsaan religius. Beda dengan negara agama,” katanya.“Sebenarnya, saat ini prinsip Islam sudah sangat mewarnai hukum Indonesia meski tidak diformalkan,” katanya.



Dengan kondisi tersebut, PKS pun tidak eksklusif membatasi keanggotaan partainya hanya kepada muslim. Hal ini pernah dilontarkan oleh Ketua Dewan Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hilmi Aminuddin dalam kesempatan Munas ke-2 PKS, bulan Juni 2010 yang lalu. Bahwa inklusifitas yang dibangun PKS saat ini sebagai bagian dari konsekuensi pelaksanaan ajaran Islam.

Saat ini PKS terbuka untuk menerima kader berasal dari kalangan non-muslim. Hilmi menerangkan, jika sebelumnya PKS bersikap eksklusif, hal itu karena PKS sedang membentuk identitas diri. Dalam pembentukan identitas diri tersebut dibutuhkan proteksi. “Setelah kader-kadernya tersebar, Bismillah kita mulai bergaul dengan yang lain,” kata Hilmi. (*)

------
Referensi :
1. Republika Online
2. Liranews
3. Wikipedia

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda